Wednesday, October 17, 2012

FAKTA MENGEJUTKAN TENTANG WUDHU

AHLI NEUROLOGY AUSTRIA MEMBEBERKAN FAKTA MENGEJUTKAN TENTANG WUDHU

http://www.sabili.co.id/images/stories/inkit3/ijtima_1.jpg

Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan terhadap wudhu. Ia mengemukakan sebuah fakta yang sangat mengejutkan.
Bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menemukan hikmah dibalik wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut. Ia bahkan merekomendasikan agar wudlu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan.
Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Ulama Fikih juga menjelaskan hikmah wudlu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudlu, seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.
Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudlu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka.
Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari?

Cinta adalah Memberi

Karena Cinta adalah Memberi

http://www.sabili.co.id/images/stories/DSCN7366_Medium.jpg

“Menurut kamu apa arti cinta?”
Lalu sang kekasih menjawab, “Kasih sayang!”
“O, itu sinonim.”
“Jadi apa dong?”
“Cinta itu memberi.”
“Ya benar, kalau namanya cinta, harus berkorban,” si kekasih membenarkan.
Tak bisa satu memberi dan satu lagi memanfaatkan. Dengan kata lain, masing-masing sadar akan hak dan kewajibannya. Bila sudah tidak sadar akan hak dan kewajibannya, maka tak ada lagi cinta.
Dalam kamus bahasa inggris, “to take” berarti mengambil. Sedangkan “to give” berarti memberi. Jadi “take and give” ini berarti mengambil dan memberi.
Konsep “take and give” ini berkonotasi mengambil dulu baru memberi. Seperti ini, kita tidak akan memberikan apapun jika kita belum mendapatkan sesuatu. Konsep Barat ini mengajarkan tidak akan membantu orang jika orang itu tidak mendatangkan keuntungan apapun. Memberi dengan melihat-lihat dulu, menguntungkan atau tidak.
Take and Give, menihilkan ikhlas. Mau shalat asalkan…. Mau infaq asalkan …. Mau apa pun asal ada yang di dapat lebih besar dari yang dia beri. Tapi, konsep itu sudah terlanjur menyebar. Padahal ada yang istilah lain yang lebih mendidik, konsep itu adalah “Give and Receive” (memberi dan menerima).
Kaitannya dengan hukum sebab akibat (law of attraction), sangat relevan. Jika “Give” adalah sebab maka “Receive” adalah sebuah akibat. If you want to “receive” than you must to “give” first! Artinya sama persis “jika ingin mendapatkan hak-hakmu maka tunaikan dulu kewajibanmu”.
Jika ingin pintar ya belajar. Ingin uang ya usaha. Ingin dihargai, ya peduli sama orang lain. Ingin anak yang shalih dan shalihah,  si Ortu harus memberi teladan. Ingin disayang istri, harus memberikan cinta dan kasih sayang tulus pada istri.
Selalu dan selalu, setiap Anda berbuat akan ada akibatnya. Balasan itu tak selalu berupaya fisik. Bisa kasih sayang, sikap respect atau simpati. Semua balasan itu membuat Anda bahagia. Lalu apa jaminannya jika sudah memberi pasti akan menerima?
“Dan barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah niscaya ia akan menerima pahalanya, dan barang siapa melakukan keburukan sebesar biji dzarah niscaya ia akan menerima balasannya” (QS.Az-Zalzalah:7-8). CS

Momen Indah Menuju Jannah

Momen Indah Menuju Jannah 

 

 

Nafsu mutmainah adalah jiwa yang tenang dengan iman dalam hidupnya kepada Allah SWT serta beribadah menjalankan misi dakwah. Saat menghadapi musibah ia  selalu bertawakal. Ia akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah kemudian bertemu Allah swt di surga. “Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Rabbmu dalam kondisi ridha dan diridhai. Masuklah ke dalam (golongan) hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surgaKu,” (QS Al-Fajr [89]: 27-29).
 Momen paling indah dalam perjalanan hidup manusia adalah ketika disambut oleh malaikat dari berbagai arah pintu surga. Setiap orang yang memiliki sifat sabar itu bahagia karena akan menuai buah manis, masuk surga.  Walaupun kematian sangat berat karena sakitnya sakaratulmaut, tetapi Allah akan mengganti dengan ridhaNya.
Sebagaimana wasiat Bilal ketika sakaratulmaut kepada putrinya:
“Jangan engkau tangisi aku wahai putriku. Besok pertemuan dengan para kekasih Muhammad dan para sahabatnya seperti, Umar bin Abdul Aziz ra khalifah yang sangat adil, bijak, dan zuhud”. Di akhir hayatnya beliau dinasehati agar memberikan wasiat harta untuk anak-anaknya dari baitul muslimin. Beliau kemudian memeluk putra-putranya yang berjumlah dua belas. Kemudian berkata kepada mereka “Wahai anak-anakku kalau kalian shaleh Allah akan mengurus kalian. Jika, kalian berbuat maksiat maka Allah akan mengazab kalian.”
Kemudian beliau berkata : “Keluarlah kalian sebentar lagi akan datang tamu-tamu bukan dari kalangan jin dan manusia. Mereka keluar dengan panggilan “Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada Rabbmu dalam kondisi ridha dan diridhai. Masuklah kedalam (golongan) hamba-hambaKu. Masuklah kedalam surgaKu”
Nafsu mutmainah beribadah dengan khusyu. Menjalankan syariat, melakukan perintah dan larangan-Nya dengan selalu berpikir positif kepada Allah. Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui apa yang dirasakan hamba-Nya dan Allah sangat menyayangi hamba-Nya yang bertakwa.
Nafsu Muthmainah yakin dengan janji Allah yang akan memenangkan diin-Nya di atas seluruh diin “Dialah Allah yang mengutus RasulNya degan petunjuk dan diin yang haq, agar Dia mengunggulkannya di atas diin-diin yang lainnya dan cukuplah Allah sebagai saksi”(QS Al Fathayat :28).
Yakin terhadap janji Allah yang akan memberikan kemenangan kepada orang-orang beriman “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa Dia akan menjadikan mereka khalifah(penguasa) di muka bumi sebagaimana telah memberikan kedudukan orang sebelum mereka, dan akan mengokohkan diin mereka yang Allah Ridhoi buat mereka dan akan mengganti rasa takut kepada mereka dengan rasa aman, mereka menyembahku dan menyekutukanku” (QS Annur: 55).
Mereka yakin dengan pertolongan Allah, “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari bangkitnya para saksi(kiamat)(QS Al-Mukminayat : 51).
Maka nafsu mutmainah itu istiqomah berdakwah, berjihad, bermujahadah dalam menegakkan kalimat Allah sampai diinullah tegak. Tenang menghadap Allah dalam kematiannya hanya diperuntukkan bagi hambaNya yang shaleh bukan untuk orang kafir, zalim, dan durjana.
Allah mengatakan kepada nafsu mutmainah ”Kembalilah kepada Rabbmu dengan ridha dan diridhai, ridha dengan amal apa yang Allah berikan kepada mereka dari surga dengan ridha  dan diridhai amal shalehnya oleh Allah.”
Dikatakan kepada nafsu mutmainah “Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu”. Memiliki arti yaitu jiwa yang bertawakal kepada Allah, melakukan semua amalan yang baik dan puncaknya ketundukan serta merendahkan hati dengan sempurnanya cinta, takut dan harapan. Menempatkan diri sebagai hamba yang bertawakal kepada Allah, baik sebagai penguasa, rakyat, orang kaya, orang miskin maka ia akan menjadi sumber kebaikan bagi orang lain dan alam semesta.
Nafsu mutmainah dipanggil oleh Allah “Masuklah kesurgaKu”. Inilah momentum paling membahagiakan, mendapati di dalamnya semua yang diminta dan terlintas dalam pikiran lalu puncaknya melihat Allah swt. Dalam hadis dikatakan “Ketika ahli surga telah masuk surga, ahli neraka masuk neraka, dikatakan kepada penghuni surga, Rabb kalian punya janji kepada kalian dan akan memenuhinya,”. Ahlu jannah mengatakan, “Apa yang Rabb kami akan berikan, padahal telah memberikan kepada kami apa yang tidak diberikan kepada selain kami seseorangpun, setelah itu Allah menyingkap tabir dan mereka melihat Allah”.
Allah berfirman : “hari ini Aku berikan kepada kalian keridhaanKu dan Aku tidak murka kepada kalian selamaNya”(HR Bukhari Muslim).
Saat yang paling indah adalah saat pertemuan sang khalik dengan makhlukNya yang Dia sayangi dan cintai karena ketakwaanNya. Ketenangan  nafsu mutmainah di akhirat sangat ditentukan sejauh mana dia beristiqomah dalam iman, ibadah, dan perjuangan dalam  melaksanakan perintahNya.

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Keutamaan Bulan Dzulhijjah


Keutamaan Bulan Dzulhijjah


Kaum Muslimin sepatutnya menyambut kedatangan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal tersebut karena Allah SWT telah menjadikan hari-hari pertama bulan Dzulhijjah sebagai "musim kebaikan" baik bagi para jamaah haji maupun bagi yang sedang tidak melaksanakan rukun Islam kelima tersebut.

Allah SWT bersumpah demi sepuluh hari itu (QS. Al Fajar: 1-2), dan tiadalah sumpah dikemukakan oleh Tuhan kecuali di dalamnya terkandung keagungan dan keutamaan tempat, waktu maupun keadaan.

Bagi para jamaah haji, pemanfaatan momentum sepuluh hari bulan Dzulhijjah akan meningkatkan kualitas dan konsentrasi ibadah haji serta syiar Islam secara keseluruhan.

Sedangkan bagi yang tidak melaksanakan haji, bersungguh-sungguh beribadah pada hari-hari tersebut kualitasnya menyamai jihad fi sabilillah, karena keutamaan awal sepuluh hari Dzulhijjah semisal keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebut bahwa keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah disebabkan oleh berkumpulnya ibadah-ibadah utama yang terdiri dari: shalat, sedekah, puasa dan haji.

Sedangkan Ibnu Katsir menukil riwayat dari Ibnu Abbas RA menyatakan bahwa Allah SWT mewahyukan Taurat kepada Musa AS yang didahului dengan berpuasa selama 40 hari; 30 hari disinyalir berada pada bulan Dzulqa’dah dan 10 hari lainnya awal Dzulhijjah. Puasa itu menjadi penyempurna turunnya Taurat kepada Musa, dan pada bulan yang sama Allah SWT menurunkan wahyu terakhir Alquran kepada Rasulullah SAW.

Di bulan Dzulhijjah, Allah SWT menggabungkan keharaman waktu (Dzulhijjah sebagai salah satu bulan haram), keharaman tempat (Makkah dan Madinah sebagai tanah Haram), dan keharaman kondisi/momentum (berhaji di Baitul Haram yang menjadi profil paripurna seorang Muslim).

Maka, berbagai keistimewaan tersebut menjadikan bulan Dzulhijjah sebagai bulan istimewa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Tidak ada suatu hari yang perbuatan baik di dalamnya lebih dicintai oleh Allah SWT daripada amalan sepuluh hari."

Para sahabat bertanya, "Tidak pula jihad fi sabilillah (lebih baik darinya)?"

Rasulullah SAW menjawab, "Tidak pula Jihad di jalan Allah (lebih baik darinya), kecuali seorang laki-laki yang keluar rumah dengan mambawa jiwa dan hartanya serta pada saat pulang tidak membawa apa-apa." (HR. Bukhari).

Karena keistimewaan itu, beberapa perbuatan baik yang istimewa dilakukan di antaranya:

1. Menjalankan ibadah haji bagi mereka yang mampu melaksanakannya. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa melakukan ibadah haji di rumah ini dan tidak berkata kotor maupun tidak berguna, maka dosanya akan dihapuskan sebagaimana bayi yang baru keluar dari rahim ibunya." (HR. Bukhari-Muslim).

2. Puasa sunah tarwiyah dan arafah. Adalah Rasulullah SAW yang berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, Hari Asyura dan tiga hari dalam setiap bulan." (HR. Abu Daud).
 
3. Memperbanyak takbir, tahmid dan tahlil. Dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada hari yang perbuatan baik di dalamnya lebih agung di sisi Allah dan dicintai-Nya dibanding sepuluh hari. Maka perbanyaklah tasbih, tahmid, tahlil dan takbir di dalamnya." (HR. Tabrani).

4. Melaksanakan penyembelihan kurban (jika mampu). Dari Ummu Salmah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian menyaksikan bulan Dzulhijjah dan berkeinginan untuk berkurban, maka janganlah mengambil sekecil apa pun bagian dari rambut maupun kukunya sampai ia disembelih." (HR. Muslim).

5. Memperbanyak ibadah sunah semisal berpuasa, shalat, sedekah, membaca Alquran dan semacamnya. (QS. Ali Imran: 133).

Demikianlah keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dengan harapan kaum Muslimin dapat memanfaatkan momentum istimewa dengan amal ibadah yang bernilai istimewa. Wallahu a'lam.

Malulah pada Allah

Malulah pada Allah


Malulah pada Allah


“Dan milik Allah timur dan barat. Ke manapun kalian menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS [2]: 115).

Jika Anda sedang mandi dan tiba-tiba muncul wajah seseorang di hadapan Anda, bagaimana rasanya? Tidak malukah Anda? Tidakkah segera Anda berusaha menutupi aurat Anda?

Setiap saat wajah Pencipta hadir dalam seluruh episode kehidupan kita. Dalam ketelanjangan kita menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai perintah-Nya, bahkan melawan larangan-Nya.

Tidak malukah kita? Ataukah kita berpikir Allah sedang mengantuk dan tertidur? Padahal, Allah menegaskan, “Allah, tidak ada ilah selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS [2]: 255).

Atau, kita berpikir Allah tidak melihat? Padahal, “Bagi Allah, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit.” (QS [3]: 5). Jangan-jangan kita berpikir Allah tidak menyadari apa yang sedang terjadi?

Padahal, Allah menantang manusia, “Dan rahasiakanlah perkataan kalian atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Mahamengetahui segala isi hati. Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui.” (QS [67]: 13-14).

“Dan kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada selembar daun pun yang jatuh yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS [6]:59).

Naudzubillaahi min dzaalik. Tanpa sadar kita telah mengecilkan Dia Yang Mahabesar. Tanpa sadar kita telah menyunat dan mengerdilkan iman kita sendiri.

Dia Yang Mahatahu apa yang dilahirkan maupun yang disembunyikan. Kita dapat menutupi aurat dari pandang an manusia, tetapi kita tak mungkin menutupi cela kita dari Dia yang Maha Melihat dan Mendengar.

Dari Dia yang selalu menghisab hamba-hamba-Nya. “Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kalian menyatakan apa yang ada di hati kalian atau kalian sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagi kalian. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS [2]: 284).

Karenanya, janganlah malu pada dunia, malulah pada Pemilik dunia. Jika malu pada dunia, Anda takkan malu jika tak ada wajah yang hadir. Jika malu kepada Pemilik dunia, Anda akan menjaga perbuatan di mana pun dan kapan pun. Ada maupun tak ada orang lain. Itulah yang disebut muraqabah, yakni selalu merasa diawasi oleh Allah.

Nabi SAW bersabda, “Beribadahlah engkau kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat engkau.” Jadi, malulah kepada Allah!

Monday, October 15, 2012

Cukup Allah Saja.

Cukup Allah Saja, Bukan yang Lain


Cukup Allah Saja, Bukan yang Lain
Oleh: Ustadz Yusuf Mansur
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang biasa kamu panggil, kecuali Dia…” (QS Al-Israa: 67).

Biasakan hanya mencari Allah. Biasakan hanya bersandar kepada Allah. Biasakan hanya perlu dan memohon kepada Allah SWT.

Menjelang tahun 2000, saya mendatangi kawan yang tinggal di Bogor. Sekitar 14 jam perjalanan bolak-balik dari Ketapang ke Bogor dan dari Bogor ke Ketapang. Saat itu tidak ada kendaraan pribadi. Niat saya hanya satu, mau pinjam uang dengan kawan saya ini sebesar Rp 30 juta.

Sesampainya di sana, Allah mengajarkan saya melalui pemandangan yang sedang saya lihat. Toko yang sekaligus jadi rumah kawan saya ini sedang dalam proses sita. Saya yang datang ingin meminjam, menjadi tertegun.

Ternyata dia mendapat masalah. Saya yang dalam keadaan serbasalah, sempat ditanya olehnya. “Makasih ya Suf, mau datang. Yah, beginilah hidup. Ngomong-ngomong, ada perlu apa nih?” ujarnya.

Saya jawab sambil berusaha senyum. “He he, mau pinjam tadinya ...” kata saya. Spontan, dia pun langsung bertanya, “Berapa?” kata dia. Dan saya pun langsung menjawab ingin meminjam sebesar Rp 30 juta. Mendengar jawaban saya, dia pun langsung tertawa seraya berkata, “Sama Suf. Saya juga butuh segitu,” jawabnya.

Pelajaran yang berharga buat saya. Jika mendatangi orang, ya kayak gitu deh. Bisa membantu pun belum tentu sesungguhnya bisa membantu. Hanya Allah semata yang kalau kita datangi, Dia yang tak punya masalah, Dia nggak punya beban, Dia nggak punya kesulitan, dan Dia selalu menerima tanpa bosan, tanpa menggerutu, tanpa mengeluh ketika seringnya kita datang.

Hanya Dia, yang jika Dia menyapa kita dengan ujian dari-Nya, lalu Dia ingin mendengar rintihan kita. Allah ingin mendengar doa kita. Rintihan dan doa dari seorang yang mengetahui bah wa dirinya tidak mampu dan tidak ada yang bisa menolong kecuali Dia.

Rintihan dan doa yang datang dari seorang hamba yang mengetahui bahwa Dia pasti bisa membantu dan tidak ada Tuhan yang disandarkan lagi seluruh persoalan kecuali kepada-Nya.

Pengalaman berharga menjelang tahun 2000 itu, membuat saya berpikir sesal namun senang. Mengapa saya datang jauh-jauh kepada manusia? Tapi saya tidak menyesal. Saya jadi tahu, memang saya salah datang. Saya datang kepada manusia yang pastinya sama-sama punya masalah, punya kebutuhan dan keperluan.

Alhamdulillah, Allah yang Mahamemberi hikmah. Sejak saat itu saya memosisikan diri seperti orang yang sedang terkena badai di tengah lautan, langsung memanggil dan memohon kepada Allah, dan hanya Allah. Sebab, memang tiada yang lain.

Untuk itu, wahai saudaraku, segeralah temui Allah. Allah ada di masjid, segeralah ke masjid, shalat berjamaah tepat waktu. Kembali lagi baca Alquran, keluarkan sedekah di saat sulit atau sedang lapang, dan cintai ibadah-ibadah sunah. Terima seluruh kesulitan dan kesusahan dengan penuh keikhlasan dan rida (mengharap) hanya kepada-Nya. Wallahu a’lam.

Thursday, October 11, 2012

Keutamaan Rasulullah SAW

Keutamaan Rasulullah SAW


Keutamaan Rasulullah SAW

Sungguh keutamaan Rasulullah SAW di antara para nabi dan rasul lain di antaranya terletak pada sifat wahyunya yang umum, menyeluruh dan berlaku bagi semua umat manusia.

Allah SWT berfirman, "Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua." (QS. Al-A'raf: 158).

Pada ayat lain, Allah SWT berfirman, "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba': 28).

Oleh karenanya, mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW bersifat nonmateri, mudah dipahami akal sehat dan abadi. Berbeda dengan mukjizat para rasul sebelumnya yang bersifat materi dan terbatas dari sisi waktu dan tempat.

Mukjizat Musa AS misalnya, berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular yang menelan ular sulapan para ahli sihir Firaun. Sedangkan mukjizat Alquran menggetarkan hati dan jiwa; sesuai dengan landasan akal manusia; dan tidak lekang oleh waktu. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kamilah yang  menurunkan Alquran,  dan pasti Kami (pula) yang  memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9).

Oleh sebab itu pula, syariat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW merupakan syariat terakhir dan penyempurna dari syariat-syariat sebelumnya. Perhatikanlah syariat shalat, zakat, puasa dan haji yang merupakan penyempurnaan dari model syariah para rasul terdahulu dan tidak diperkenankan perubahan di dalamnya sampai kapan pun.

Allah SWT berfirman, "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agamamu dan Ku-cukupkan nikmat-Ku kepadamu serta Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu." (QS. Al Maidah: 3).

Tepatlah kemudian jika Allah SWT menempatkan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir karena kapabelitasnya dari semua segi. Semua peristiwa dan penyelesaian yang dilakukan oleh rasul-rasul terdahulu bahkan semua peristiwa masa lampau telah menjadi bekal dalam diri Muhammad SAW untuk menghadapi persoalan umatnya, sehingga di dalam mencari jalan penyelesaian beliau melakukan berbagai modifikasi untuk mendapatkan solusi terbaik.

Saat ditanya mengenai keengganannya menggunakan doa pamungkas, Rasulullah SAW menjawab, "Aku menggunakan doaku (doa pamungkas) untuk kepentingan pemberian pertolongan (syafaat) bagi umatku, nanti pada hari kiamat.”

Pantas pula jika kemudian Allah memperlakukan rasul-Nya yang satu ini dengan perlakuan yang berbeda dari rasul-rasul lainnya. Lihatlah bagaimana Allah SWT tidak pernah memanggil namanya kecuali dengan mengikutsertakan jabatan kerasulan di belakangnya.

Hal tersebut berbeda dengan rasul-rasul lain yang langsung disebut namanya oleh Allah SWT. "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, bersikap kasih sayang terhadap sesama mereka." (QS. Al Fath: 29).

Pantas lah lagi jika kemudian Allah SWT menjadikannya sebagai teladan terbaik dalam hubungannya dengan manusia dan Tuhan; dunia dan akhirat; orang-orang mukmin dan kafir; serta hubungannya dengan semua makhluk tanpa kecuali. Allah SWT berfirman, "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta memperbanyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab: 31).

Inilah Muhammad SAW yang keutamaannya di antara para rasul menjadi inspirasi keutamaan bagi setiap pribadi Muslim atas pribadi lain karena banyaknya kebaikan dan kemanfaatan bagi sesama. Wallahu a'lam.